Sukma meriang,
tertunduk malu tu menyampaikan,
Rasa rindu yang berlum usai kurajut.
bibir terkunji tuk tuturkan, pipi memerah, menahan malu tak berkesudahan.
Sukma ini sekali lagi meriang,
padahal malam beranjak pergi, namun masih saja..
tak dapat pejamkan mata,
yang ikut bergetar...
menahan gejolak tuk sampaikan.
Bila takdir hidupku tak seindah harapanku,
maka izinkan aku memohon satu permintaan ini.
kuingin kau hadiekan kebahagiaan itu,
dalam setiap mimpi-mimpiku.
sehingga aku tak gelisah tuk pejamkan mata.
sehingga aku tak gelisah tuk bernafas tiap detiknya.
karena ada sesuat yang kutunggu,
sesuatu yang kiranya menjadi kenangan terindahku,
kenangan terakhirku,
OHH .
Biarkan ia bermain tanpa skenario,
hingga saat tirai tertutup,
Aku masih dapat merasakannya...
Saat mentari menciumi bau comberan kota,
dipenuhi sumpah serapah dan caci maki,
suara bantingan piring yang berakhir saling cakar,
ohhh..
rupanaya telah menjadi upacara pagi.
Kubuka peti waktu,
ada goresan-goresan yang terlupa.
lam kupandang ukiran nama di dalamnya,
ada cahaya cinta memancar keikhlasan,
tersimpan rapat,
melekat,
kapan terakhir aku membukanya?
Malam telah tiba, kau tersenyum indah bergairah
Menarikan tarian sendu
angin bersiul-siul malu
jangkrik sesekali mendayu
suara angin mulai sumbang
kau juga tampak resah
apakah lupa minum obat
atau karena suhu di luar sangat rendah
sehingga kau menyudahi tarianmu terburuburu
kutanya mengapa?
kau gelisah
kulihat kau menggigil
dan kau gelisah
lalu kau hempaskan tubuhmu yang mulai susut
kau pun sirna.
Jambi, 28 februari 2011
Sabtu, 16 Juni 2012
Kajian Dongeng
“Batu Kerbau” dengan Menggunakan
Pendekatan Analitis
pendekatan
analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha membedakan dan memahami
elemen-elemen yang membangun karya sastra itu sendiri.
Menurut
Dewi, (2010: 59) “pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha
memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan atau mengimajinasikan
ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasanya, elemen
intrinsic dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsic itu sehingga mampu
membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.”
1.1Tema
Tema
adalah ide yang terkandung dalam sebuah cerita, serta yang menjadi landasan
cerita tersebut. Menurut Sumardjo dan Saini K.M (dalam Zebua, 2011: 8)mengatakan:
Tema adalah ide sebuah
cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan mau sekedar bercerita, tetapi
mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa
suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar
tentang kehidupan ini. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semuanya didasari
oleh ide pengarang tersebut.
Nurgiyanto (dalam Zebua, 2011: 8) mengatakan “Tema adalah
sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan berbagai
pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, ridu, takut, maut,
religius, dan sebagainya. Dalam hal tertentu, sering tema dapat disinonimkan
dengan ide atau tujuan utama cerita”.
Adapun
tema dari dongeng “Batu Kerbau” adalah perasaan emosi yang berdampak buruk pada
aktifitas di lingkungan.
Pernah
suatu hari Si Pahit Lidah berjalan di tepi sungai Batang Merangin dan berniat
untuk berteduh di sebuah pondok milik warga, namun ketika pemilik pondok
mengetahui bahwa Si Pahit Lidahlah yang
mampir ke pondoknya, maka bergegaslah pemilik pondok itu pergi masuk ke
hutan. Takut kalau-kalau Si Pahit Lidah akan mengutuknya menjadi batu. (Dongeng
‘Batu Kerbau’).
Di perjalanan ia bertemu
dengan dua ekor kerbau, yaitu induk kerbau dan anak kerbau yang sedang mandi,
dengan perasaan dongkol yang masih menyelimuti hatinya, Ia pun mengutuk dua
ekor kerbau tersebut menjadi batu, maka bertambah yakinlah warga sekitar bahwa
Si Pahit Lidah dapat mengutuk apa pun menjadi batu sehingga dapat membahayakan
mereka, bahkan tak jarang para warga akan menghindar jika bertemu dengan Si
Pahit Lidah. (Dongeng ‘Batu Kerbau’)
1.2Tokoh
Tokoh
dapat menyampaikan ide pengarang melalui cerita, kegiatan tokoh dan peristiwa
yang terjadi di sekitar tokoh.
Abrams
(dalam Zebua, 2011: 11) menyatakan “Tokoh cerita adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam cerita naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”.
Setiap tokoh memiliki
watak atau karakter sendiri. Penyajian watak tokoh ini oleh pengarang dapat
melalui penggambaran sifat-sifat tokoh, hasrat, pikiran, perasaan, atau dengan
menyisipkan komentar mengenai sifat- sifat tokoh itu. Penyajian watak tokoh dan
penciptaan citra tokoh ini yang disebut dengan penokohan.
Tentunya kita tidak asing dengan legenda Si Pahit Lidah. ternyata si Pahit Lidah memiliki jejak di Desa Dusun Baru Air Batu, Merangin, Jambi. Bahwasanya Si Pahit Lidah terkenal akan kutukannya yang mampu mengubah apapun menjadi batu, sehingga tak sedikit orang-orang menjauh darinya dikarenakan takut kalau-kalu Si Pahit Lidah akan mengutuk mereka. Dalam perjalanan pulangnya ke sumidang, di Batang Merangin Ia bertemu dengan dua ekor kerbau yaitu induk dan anak kerbau yang sedang mandi. Karena dongkol dengan sikap orang-orang di sekelilingnya, maka Si Pahit Lidah berkata
"Wahai engkau kerbau, tahu kah kau bahwa aku sedang marah. maka jadilah kau batu"
sehingga dua ekor kerbau tadi menjadi batu, hingga saat ini batu itu dapat dilihat ketika Batang Merangin sedang surut.